Semakin kesini
zaman sudah mulai maju dengan pesat, terbukti banyaknya teknologi terbaru yang
hadir dalam kehidupan manusia hingga saat ini. Aktivitas apapun kebanyakan
ditunjang oleh teknologi. Salah satunya adalah Teknologi media digital yang hadir
di tengah tengah kehidupan kita dan membawa pengaruh yang sangat besar dalam
kehidupan kita.
Disamping pesatnya
kemajuan teknologi, ternyata berdampak buruk dengan moralitas dan attitude
manusia yang mulai merosot, kebudayaan yang telah dilestarikan oleh para
leluhur kita terdahulu sepertinya sulit lagi dijumpai walau memang masih ada.
Memang benar bahwa
media digital saat ini membawa banyak pengaruh terhadap generasi kita, mulai
dari generasi millenial sampai pada generasi baby boomers atau generasi X yang
awalnya menolak untuk mengikuti arus perkembangan zaman yang ditandai dengan
kemajuan tekonologi yang semakin pesat khususnya media digital pun terbawa arus
perkembangan zaman.
Ya entah mengapa
ada beberapa faktor yang menggugah saya untuk menulis tulisan ini. Salah satunya adalah lewat
visualisasi dari media digital yang banyak merubah kebanyakan manusia saat ini
khusunya social media. Ya, media sosial.
Berangkat dari
keresahan tersebut akhirnya saya benar benar menyadari bahwa banyak dari kita
yang sebenarnya telah terpengaruh dari kemajuan media sosial tersebut. Belum
lagi ditambah kehadiran influencer yang memberikan dampak perubahan besar
kepada siapapun.
Banyak dari kita
yang terjun kedalam arus perkembangan media digital khusunya sosial media
dengan alih-alih tidak ingin tertinggal oleh kemajuan zaman, takut disebut
“kudet” sehingga hadirlah ketakutan kita akan ketidak tahuan kita terhadap
segala hal yang sedang in dibeberapa
waktu (Fear of Missing Out/FOMO). Sebab
itulah saat ini banyak generasi kita yang berlomba lomba untuk bisa terlihat ‘WAW’
bahkan banyak dari mereka yang berkiblat dari para influencer.
Personal branding
alias pencitraan yang banyak dilakukan oleh generasi saat ini demi pencapaian/target
terhadap sesuatu yang mereka inginkan. Bahkan segala hal dilakukan untuk
terlihat mirip bahkan sama dengan idola ataupun dari para influencer. Mulai
dari mengubah gaya hidup, fashion, body, sampai pada pola pikir mereka. Pada
akhirnya standar kebahagian mereka sangatlah tinggi.
Punya mobil dulu
kemudian bahagia, punya barang-barang branded kemudian bahagia, punya tubuh
langsing ideal dulu kemudian bahagia,
punya hidung mancung kemduian bahagia. Ya, semua mereka
korbankan demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Segala hal harus dipoles
terlebih dahulu demi terlihat beda.
Itulah yang saya
lihat saat ini. Jadi representasi kehidupan mereka yang nyata
tidak sesuai dengan yang mereka tampilkan di media. Kurangnya rasa syukur
menjadi salah menjadi salah satu faktornya.
Memang banyak influencer yang memberikan dampak positif kepada siapapun
tapi tidak sedikit pula influencer yang memberikan pengaruh negatif. Tergantung
dari orientasi juga perspektif setiap orang.
Berangkat dari hal tersebut setiap orang bisa menampilkan dirinya dalam
kemasan yang berbeda. Sudah berapa lapis topeng yang mereka gunakan untuk
menutupi jati diri mereka yang sebenarnya.
Dengan demikian kita sebagai salah satu pengguna media sosiaol
diperlukan kebijaksanaan dalam mengkonsumsi informasi apapun yang diterima baik
dalam bentuk teks, foto, video atau yang lain. Perlu diingat bahwa informasi
apapun yang kita terimq di media saat ini tidak selalu menjadi representasi
dari kenyataan.
Setiap orang hanya menampilkan sisi terbaik dari dirinya. Karna manusia
senang dipuji. Maka dari itu setiap hal yang baik mereka publikasikan bahkan
pencapaian apaun yang mereka dapatkan akan mereka publikasikan. Wajar saja dan
tidak ada yang salah, toh itu hasil dari kerja keras mereka. Yang salah adalah
kita yang terus memandang hal tersebut sebagai suatu hal yang berlebihan dan
berpikir negative akan pencapaian orang lain.
Jarang dijumpai orang yang menampilkan sisi yang tidak baik dari dirinya
lantas dipublikasikan lewat media. Maka dari itu apapun yang kita miliki saat
ini, apapun yang menimpa pada diri kita hingga saat ini entah baik atau buruk,
cukup untuk kita syukuri kemudian menetapkan pola pikir bahwa apa yang kita
lihat baik di media ataupun di kehidupan nyata belum tentu representasi yang sesungguhnya.
Mari berhenti untuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.
Banyak hal dari diri kita yang sebenarnya tidak dimiliki oleh orang lain.
Carilah lantas jadikan kelebihan tersebut menjadi suatu kebanggaan tersendiri.
Setiap orang punya kelebihan juga kekurangan, setiap orang pernah berada di
titik terendah dalam hidup mereka. Masalahnya adalah apakah kita mau mencari
kelebihan yang ada didalam diri kita kemudian berhenti yang tidak tidak
terhadap orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar